Kota
Slawi, Kota yang sekarang merupakan ibukota kabupaten Tegal ini sudah
berumur ratusan tahun. Dikisahkan sekitar awal tahun 1600an hiduplah
tokoh yang bernama Ki Gede Sebayu yang merupakan pendiri Tetegal
(Tegal).
Diceritakan
bahwa salah satu putri dari Ki Gede Sebayu yang bernama Nini
Dwijayanti terkenal cerdas, cekatan, dan cantik. Kegemarannya menunggang
kuda membuat banyak orang semakin kagum kepadanya. Konon jika Nini
Dwijayanti turun dari kudanya kecantikannya seperti bidadari yang turun
dari langit.tak heran banyak pemuda yang ingin mempersuntingnya.
Banyak
pemuda yang menemui Ki Gede Sebayu,untukn meminta izin mempersunting
Nini Dwijayanti. Saking banyaknya pemuda yang ingin mempersunting
putrinya Ki Gede Sebayu gundah, kemudian beliau berbicara kepada
putrinya tentang banyaknya pemuda yang ingin mempersuntingnya. Kemudian
Nini Dwijayanti memberikan saran kepada ayahandanya,lebih baik untuk
menentukan jodohnya yang layak. Ki Gede Sebayu harus melaksanakan sebuah
sayembara.
Karena
sayembara merupakan sarana yang adil untuk setiap pemuda dan merupakan
cara atau tanda pasrah akan takdir yang digariskan oleh yang Maha Kuasa.
Kemudian Ki Gede Sebayu berdiskusi dengan Nini Jayanti tentang
sayembara apa yang akan dilaksanakan. Mereka sepakat akan melakukan
sayembara barang siapa yang dapat merobohkan atau menebang pohon Jati
raksasa di gunung selatan akan dijadikan suami Nini Dwijayanti, biarpun
dia jelata miskin, atau tidak berpangkat.akan tetap dilayani sepanjang
hayat.
Akhirnya
diputuskan sayembara itu dilaksanakan pada hari jumat kliwon setelah
sembahyang jumat. Tibalah pada hari yang ditentukan. Pada waktu itu
datanglah 25 perjaka dari berbagai daerah dengan sejumlah pengiringnya.
Kebanyakan dari mereka membawa pethel (kampak). Pethel adalah
alat pemotong kayu yang terbuat dari bilah besi yang kokoh bentuknya
pipih dan terpasang miring pada kayu atau pegangan. Pethel itu harus
diayunkan keras dengan tenaga keras agar tertancapnyamendalam dengan
cara itulah biasanya batang kayu yang besar dan kokoh lama-lama akan
tumbang.
Untuk
menghormati keberanian mereka dibuatlah perkemahan di sekitar pohon
jati raksasa tersebut,tiap perjaka diberikan satu kemah sehingga ada 25
kemah di gunung selatan. Ki Gede Sebayu membuka sayembara itu dengan doa
yang khusyu. Kemudian beliau berkata kepada seluruh peserta sayembara
agar tampil dengan jiwa ksatria, jika gagal janganlah menyesal jika
menang janganlah sombong.
Setiap
peserta disediakan waktu sehari penuh untuk melaksanakan tugasnya, satu
persatu dari mereka mencobanya tetapi gagal, padahal semua peserta
sudah mengeluarkan kekauatan terbaiknya.Pada hari terakhir sayembara itu
semakin meriah. Makin banyak orang yang penasaran hendak mengetahui
siapa yang jadi pemenang. Sampai banyak penduduk yang tidak pulang ke
rumahnya bahkan mengajak anak dan istrinya. Mereka bertahan disana
karena makan dan minum oleh Ki Gede Sebayu. Tempatitu menjadi tempat
keramaian.
Pada
hari terakhir suasana semakin tegang, wajah Nini Jayanti pun memucat,
matanya meredup menahan tangis.dia berpikir jangan-jangan suara itu
merupakan suara tipuan dari jin, kalau tak ada yang menang bagaimana
dengan nasibnya.
Menjelang
sore datanglah seorang santri diringi sejumlah remaja yang
santun-santun. Dia mengaku bernama Ki Jadug,danmohon ixzin mengikuti
sayembara, dia terlambat karena memang baru mengetahui kabar adanya
sayembara. Kemudian Ki Gede Sebayu mengizinkan pemuda itu untuk
melaksanakan sayembara.
Sejenak
ki Jadug berpamitan untuk berwudhu, lantas bersembahyang dua rokaat
disaksikan seluruh penonton. Setelah sholat Ki Jadug langsung
mengayunkan kampaknya, setalah ayunan kelima akhirnya pohon itu tumbang
dan disambut sorak sorai penonton. Kemudian KI Gede Sebayu berucap,
akhirnya pemenang sayembara ini adalah Ki Jadug. Jati keramat ini adalah
menjadi milik kita bersama,kelak akan menjadi tiang utama (Saka Guru)
keratin di bumi Tetegal. Saksikan bumi ini menjadi makmur akan bernama
candi Selawe.Sekarang bubran dan bersyukur kepada yang Maha Kuasa.
Kelak tahulah mereka bawa Ki Jadug adalah bangsawan Mataram yang bernama asli Pangeran Purbaya. Adapun Candi Selawe yang berarti rumah dua puluh lima itu lama-lama terucap Selawi (Slawi) sampai sekarang.Pada tahun 1956, kota tersebut dijadikan ibukota kabupaten Tegal.
Courtesy of http://www.idsejarah.net/2014/05/asal-usul-kota-slawi.html
No comments:
Post a Comment